Translate

Jumat, 14 Juni 2013

Jejak-jejak Katong



Kutemui lagi tanah suralaya
rahimnya lahirkan jiwa-jiwa ksatria
yang benaknya simpulkan satu konsepsi: Kejayaan Wengker*

Babad Ponorogo 518 tahun berlalu
Masih ingat pekat alunan laras pelog dan slendro, bersenyawa
dengan tiap raga yang memendam rimba rindu dalam degup jantungnya

Aku terpikat oleh catatan lampau
tentang jejak-jejak Katong yang diikuti para pewaris merah darah**
Aku mencoba menerka mustika
penyelaras sistem tata kehidupan penghuni ranah sejarah
Ponorogo, ingatkah kau padaku?



Ponorogo kembali menyibak kanopi hari
Mentari iringi pesawah tuk menyemai benih kemakmuran
di hamparan hijau padi-padian dan palawija
bersama hembus nafas angin mengirimkan getar isyarat
tentang basmallah tuk membuka pintu pagi

dokar berlari mengantar mata demi mata
tuk bersiap jaga pada garda nomor satu
karena setiap noktah palagan harus diperjuangkan para pejuang
semua hari adalah misteri, mesti dikalahkan
dengan derap kesetiaan pasukan kuda yang tajamkan makna kesungguhan
dengan elok laku merak yang ronanya haluskan segala prasangka
dengan lecutan pecut samandiman yang berpijar dalam getar hati
dengan pekatnya ajaran sesepuh yang menjati diri
Masih lekat kuat semerbak aroma Grebeg Suro setahun lalu***
Riuh tepuk tangan menyerbu sudut-sudut jalan
gores tapak langkah kirab pusaka
mengantar merak mengepakkan malam
mengetuk pintu purnama pada gagah pria warok
yang alirkan merah darah
dari hulu sukma ke muara raga
temani doa kaki lima mencari secercah pelita
tuk naungi sanak saudara

Ada gempita
Kala agung lapak pentas
bius indera mata dengan senandung pengrawit
yang bersetubuh dengan cantik koreografi
Festival Reog Nasional

Kearifan khas
Aloon-aloon gaungkan pesona
membentuk kumparan karsa ribuan manusia
atas karya pada bait-bait senyum, yang terukir pada prasasti kenangan
tentang semerbak kembang api yang melangit
hiasi penghabisan purnama
sambut awal Muharam

Ponorogo, betapa hati membesar penuhi sesak dada
Aku selalu memungut tebar cinta
yang kau biaskan dalam warna budaya
satu dari ribuan beda, bianglala nusantara


Ponorogo lagi-lagi aku harus pergi 
tinggalkan untaian senyum yang cahyanya kaupancarkan
bersama gemah ripah loh jinawi
Namun sajak-sajakmu kan jadi parafrase dalam jiwaku
menyatu dalam melodi denyut nadi
dan senantiasa terjabar dalam kata
Aku bangga!

Lekaslah hebat tanah kelahiran
Lekaslah jaya, bumi Wengker
akan kuarungi pahitnya negeri seberang
jauh, di sana
jagalah bapak ibuku
lalu kawan kerabatku
juga penerus jejak-jejak Katong
dekat, di sini

Harum aroma tanahmu, tanah suralaya
jadi wewangian yang akan kuhirup
sepanjang jalan suratan hayatku
sepanjang jejak-jejak Katong



Ponorogo, 12 Mei 2013



*) Wengker : Kerajaan di Ponorogo zaman dahulu
**) Katong : Berasal dari nama Bathara Katong, pendiri pendiri Kabupaten Ponorogo dan juga merupakan Adipati pertama Ponorogo
***) Grebeg Suro : acara tradisi kultural masyarakat Ponorogo dalam wujud pesta rakyat untuk menyambut kedatangan bulan Muharam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar