Tiada uluran jemari
semurni dari raga yang dipercaya Tuhan untuk memproses langkahku
Karena kasih itu
Tak kujumpai selain
bersumber dari nurani suatu makhluk yang disebut ibu
Ketika hati tak
mampu pejamkan bara amarah
Ketika bisa
bersenyawa dalam sistem ragawi
Ketika bayu terlalu
pekat menerbangkan gelisah
Ketika pijakanku
melapuk oleh beban duniawi
Aku terbang di luar
eksosfer dalam hampa
Ya, diri terlampau
melupa
Akan Dzat yang kau
kenalkan sedari kulitku baru bisa diraba
Hanya bagimulah
semesta tak lagi berarti jika problema menyesatkanku
Hanya engkau yang
berteman dengan rintihan di balik senyum sayu
Hanya senandungmu
tak pernah sunyi berhasrat menyelaraskan desah nafasku
Ibu, pernah
tertawaku menggema di antara tebing pencarian jati diri
Aku terlalu sakti
untuk berpaling dari lentera yang kau titipkan pada mentari
Tapi malam itu
Tetesan tirta dari
pelupuk tatapanmu
Kian buat denyut
nadiku histeris tentang langkah yang pantas bersetempel keliru
Jumat, 9 September
2011