Aku merindukanmu
Saat bertubi-tubi derap langkah memacu kobaran naluri tuk menerjang bersama kobaran matahari
Saat sebanyak-banyak pusaka berlumur cairan anyir, meredah kekalutan yang senantiasa perpendar di balik suara nadi
Saat semua harga diri dibeli hingga ganasnya nalar mengoyak, berontak, dan nyawa jadi tawanan yang tiada mungkin dikembalikan
Saat semua teriakan adalah sama, kami ingin merdeka!
Aku tetap merindukanmu
Meski pribumi tlah terseret-seret dijalanan, dalam perantauan tak berhingga, sebab benalu yang menggerogoti jati diri, tanpa ampun-ampun
Meski tawa demi tawa kekuasaan melambai-lambai kemudian bertepuk riang di atas onggokan tulang belulang yang bercampur dengan tanah kerelaan
Meski waktu akan terus beriringan denganmu, membesarkanmu, mengukuhkan engsel rangka yang entahlah, semoga tiap hembus nafas mengharmoni, karena enam puluh tujuh tahun silam, kau adalah satu bersamaku
Dan biarkan
Rinduku membumbung tinggi terbawa bayu, berjatuhan terlibas hujan, mengalir mencemari tiap hilir anak-anak sungai, lalu kau punguti serpih-serpih ini mengendap pada delta-delta kesempatan, kemudian terbangkanlah, karena pada saatnya rinduku bermetamorfosa, dengan sayap-sayap yang kan terus mengepak, menabur benih yang tumbuh menghujam dada tiap-tiap nafsi di Pertiwi
Saat bertubi-tubi derap langkah memacu kobaran naluri tuk menerjang bersama kobaran matahari
Saat sebanyak-banyak pusaka berlumur cairan anyir, meredah kekalutan yang senantiasa perpendar di balik suara nadi
Saat semua harga diri dibeli hingga ganasnya nalar mengoyak, berontak, dan nyawa jadi tawanan yang tiada mungkin dikembalikan
Saat semua teriakan adalah sama, kami ingin merdeka!
Aku tetap merindukanmu
Meski pribumi tlah terseret-seret dijalanan, dalam perantauan tak berhingga, sebab benalu yang menggerogoti jati diri, tanpa ampun-ampun
Meski tawa demi tawa kekuasaan melambai-lambai kemudian bertepuk riang di atas onggokan tulang belulang yang bercampur dengan tanah kerelaan
Meski waktu akan terus beriringan denganmu, membesarkanmu, mengukuhkan engsel rangka yang entahlah, semoga tiap hembus nafas mengharmoni, karena enam puluh tujuh tahun silam, kau adalah satu bersamaku
Dan biarkan
Rinduku membumbung tinggi terbawa bayu, berjatuhan terlibas hujan, mengalir mencemari tiap hilir anak-anak sungai, lalu kau punguti serpih-serpih ini mengendap pada delta-delta kesempatan, kemudian terbangkanlah, karena pada saatnya rinduku bermetamorfosa, dengan sayap-sayap yang kan terus mengepak, menabur benih yang tumbuh menghujam dada tiap-tiap nafsi di Pertiwi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar