Translate

Sabtu, 26 Juli 2014

Hikayat Sang Alim



Tanpa lensa 
Bulan digoreng 
Layakknya telur mata sapi 
Hening memaksaku tuk melahap 
tanpa ampun 

Maka berkatalah sang pecundang, "Daku malas hari ini, esok dan selanjutnya kian mengeluh saja. Mengalah kiranya pada takdir yang menebas pangkal keberanianku." 

"Andaikata boleh daku berbincang dengan pekik suara malam, izinkan kelopak mata terpejam, semenit atau semalam. Ya, kalau-kalau bala nyamuk sadar akan kantuk yang menggumpal di ubun-ubun terbakar ini, pastilah daku menundukkan rasa terima kasih." 

"Daku segan hati berkata-kata tentang dunia fana yang kau kejar hingga terpelanting batang lehermu. Namun jika kau tetap sama gilanya dengan dini hari esok maka perkenankaanlah kiranya alam mengutukimu atau sekedar membujuk Tuhan tuk membenci usahamu." 

"Hikayatmu tiada kau kira-kira benar! Atau sudah layaknya ucapan remehmu dikebumikan. Sudahlah, hanya saja, tunjukanlah bintang yang pernah kau sebutkan itu." 

"Carilah duniamu sendiri, sesuka pinggulmu bergoyang. Namun bintang berpendar dalam lirih senandung malam. Tuhan akan merahmati sujud-sujud hambaNya." 

-Dan janganlah engkau berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang-orang kafir-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar