Bila ingin menangis, menangislah
Lima menit saja
Kau tahu kan, pejuang yang baik akan selalu baik-baik
saja?
Aku tahu
Gelap tanpa rembulan dan pekik lolongan raja malam
sanggup membawamu histeris
dalam birunya air mata
Mungkin kau hanya khawatir, bila Tuhan tiada memberi
kesempatan untuk tersenyum
Namun, bukankah senyum seharusnya sanggup kau ukir
sendiri pada hati yang mulai mengeras?
Meski lebih mudah mengukir senyum pada hati yang lunak
Kali ini aku tak mau menghiburmu, atau sekedar menghapus
air mata
yang tergores di pipimu
Aku juga tak akan memberimu lagi, pundakku yang bisu tuk
kausandari
Karena ia hanya kan memupuk luka yang merekah, menyesaki
dada
Setiap insan tiada mungkin inginkan itu
Terjatuh atau dijatuhkan
Tapi adakah jaminan? Untuk terhindar?
Tuhan hanya menjamin, beserta kesulitan ada kemudahan
Kau tinggal pilih
Teruslah terbelenggu oleh tangis hingga senja
Atau enyah, dan berlari sebelum kehilangan matahari
Kalbu isyaratkan rindu pada setiap jiwa yang haus akan
pelukan
Hanya yang teguh batinnya
Ia mampu merengkuh kalam-Nya dengan rengkuhan yang penuh
makna
Jikalau masih ada Tuhan dalam hati
Bila ingin menangis, menangislah
Lima menit saja
Kau tahu kan, pejuang yang baik akan selalu baik-baik
saja?
Untuk semua yang pernah menangisi kegagalan
Ponorogo, 17 Juli 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar