Apa rasanya jika angan fantasi yang kau lambungkan tinggi
tertutup oleh kabut abu-abu ?
Kecewa, bukan sekedar kecewa biasa namun lebih dari itu.
Aku merasakannya.
Membuat orang-orang yang kita sayangi bahagia adalah hal
lumrah. Wajar, sewajar apa yang kulakukan. Ya, aku bukan manusia yang terlalu
mandiri mengarungi bahtera hidup tanpa kasih sayang. Dan aku benar-benar
mencoba mampu melakukan apapun demi manusia-manusia yang berpengaruh besar
dalam prosesku. Tapi apa jadinya jika apa yang mereka mau bukan sesuatu yang
kumampu ?
Aku menyayangi mereka seperti aku menyayangi diriku
sendiri. Memberikan segenap apa yang kupunya, aku rela. Dan aku juga harus
rela, melepas apa yang kugadang-gadang, melepasnya karena aku harus jadi
seperti apa yang mereka pinta. Aku dan kebodohanku berusaha jadi yang terbaik
untuk jiwa-jiwa yang selalu hadir dalam benak ini.
Jika harus kulepas angan imaji yang senantiasa meradang
dalam nalar yang bercampur ambisi. Parah. Parahnya harus kuganti asa
kesayanganku dengan yang lainnya. Aku yang bukan makhluk luar biasa ini, ah
mana bisa mimpi yang mengalir deras dalam pejaman mataku terbuang dengan cara
yang picisan ? Kurasa benar, segenap hati yang harusnya luluh, melapang, merela
untuk menduakan keinginan duniawi semu. Bingung, rasa yang sebingung ini, kapan
lagi ? Memilih. Bukan, bukan pilihan yang kurisaukan, melainkan aku yang tolol
ini harus menuruti pilihan orang-orang tercinta sebagai manifestasi/perwujudan
pengapdianku pada kasih sayang mereka. Dan anehnya mereka mengharapkan hal yang
sama.
Kau tahu ? Pelajaran yang masuk daftar tersulit dalam
nalarku adalah biologi. Aku kaget saat orang-orang berpengaruh di sekitarku
menginginkanku jadi tukang suntik. He ? Bahkan aku saja awalnya ingin masuk IPS
lho, tapi bapak ? mengecewakannya, aku gak bakal tega.Aku si bodoh harus bisa
jadi dokter? Berat. Seberat aku mengganti mimpi yang selalu terfikirkan dalam
dunia nyata.
Hanya untuk mereka, kulakukan hal yang menurutku gila :
1. Ibukku
Dia menyayangiku dengan seluruh rasa yang dia punya. Dan
tak ada alasan untuk tidak menuruti keinginannya. Hanya ibuk yang boleh
memarahi kesalahanku hingga aku meluapkan air mata. Hanya ibuk yang berani
mempertaruhkan nyawanya demi manusia mengecewakan sepertiku. Hanya ibuk yang
begitu bangganya punya buah hati menjijikkan sepertiku. Hanya ibuk yang tiada
pernah jera mengingatkanku, melindungiku, menyayangiku dengan segenap
energinya.
2. Bapakku
Seorang lelaki luar biasa yang paling setia mendengarkan
curhatku, mengerti keadaanku dan menegur kebodohanku. Bapak menuruti hampir
semua kemauanku, mengajariku cara bernafas yang benar, mengajariku arti setiap
benda yang pernah kulihat. Betapa gilanya aku jika tidak berbalik menurutinya.
3. Masku
Ketidakcocokan sering terjadi diantara kami, adu mulut
hingga harus ada yang mengalah menjadi situasi yang biasa, dan mas selalu rela
mengalah buatku. Walau prinsipnya berbeda jauh denganku, tapi kata-kata
kritisnya memperlihatkanku akan luasnya dunia. Memperlihatkanku tentang sisi
lain hidup yang belum pernah terfikir oleh benakku.
4. Orang pertama yang meluruhkan hatiku sedalam ini
Entah rasa apa yang menggadaikan nalarku hingga dia
satu-satunya pria yang kuizinkan mengganggu kehidupanku, membuatku tersipu malu,
tertawa bahkan menangis. Gila! Dia sukses membuatku rela untuk memenuhi
keinginan-keinginannya. Mengikuti alur cita-citanya yang aku sendiri belum
begitu mengerti. Tapi lebih anehnya, dia yang mungkin masih jauh dari harapanku
bisa membuatku merasa nyaman.
5. Teman-teman
Mereka selalu mendukungku, mungkin apapun pilihanku
selama bukan hal buruk, mereka akan mendukung. Memotivasi yang kadang juga
sudah dapat kutebak. "Sesuai hati nuranimu Fris." Ya semua orang juga
tahu. Tapi terima kasih, kata-kata mereka dapat menghiburku. Membuatku
tersenyum adalah hal yang sering kalian lakukan.
6. Bangsa Indonesia
Bangsa yang benar-benar aku harapkan untuk jadi luar biar
biasa. Aku sang pembual dan mimpi yang bergelantungan ingin jadi bagian dari
sejarah yang mengukir senyuman indah bagi Indonesia.
Kalau boleh jujur, sebenarnya aku hanya ingin jadi orang
yang berguna bagi sesama. Bukan orang hebat, bukan pula orang kaya, tapi aku
hanya ingin jadi orang baik, walau itu masih jauh dari apa yang aku lakukan
saat ini. Tapi satu tahap yang mungkin harus kulakukan adalah membuat
orang-orang yang menyayangiku bahagia :) Ya, merubah mimpi bukan hal yang buruk
kok, selama aku masih mampu dan mau, apapun bisa terjadi, termasuk menjadi
seseorang yang mereka inginkan.
Lama aku memikirkan hal ini, namun kesimpulan nalarku
adalah aku harus memutuskan hal besar yang tiada pernah terbayangkan
sebelumnya. AKU dan segenap KETERBATASANKU mencoba untuk membuat mimpi baru
yang sulit atau tidak tetap HARUS kuwujudkan sebagai kontribusi atas PILIHANKU.
Bismillahirrahmannirrahiim :)
Karena Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum
sebelum kaum itu mau merubah keadaannya sendiri. Insya Allah aku memilih untuk masuk IPA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar