Translate

Rabu, 25 April 2012

Lukisan Rasa dalam Fiksi

Jadi kepikiran perkataan yang kemarin, aku malas melakukan hal apapun bahkan yang hanya memerlukan sedikit energi sekalipun. 

Memandang sabit bulan yang terlukis di atas kanvas langit, bersama elok mega yang pancarkan keanggunan. Aku terdiam, dan lagi-lagi terngiang perkataan yang kemarin kau lontarkan. Dadaku serasa terbentur benda tumpul. 

Bahkan jika kuungkap satu fakta yang terselip dalam setiap hembus nafas ini, mungkin ratusan lembar tulisan pun tak kan cukup mendiskripsikan. Terlalu dalam rasa aneh ini berlabuh, tiada terelak. Karena mengelak hanya akan menambah daftar kemunafikanku, dan aku pahami itu. 

Gelap kamar yang memang kusengaja, hanya agar udara tak memergoki mataku yang merah bersama tetes-tetes sang bening. Apa ini? Ada apa? Mungkin aku terlalu berlebihan mengekspresikan suasana hati yang membahana, namun sulit kupungkiri bahwa rasa yang mengendalikan sistem inderaku bekerja dalam reflek. 

Seperti inikah? Aku yang kini melangkah dalam pencarian jati diri, tak kuasa menahan, membantah bahwa rasa ini benar-benar hidup dan ingin kuhidupi. Cinta. Benarkah? Yang seperti ini? Apa yang membuatmu menyimpulkan hal itu? Tanpa jawab, semakin deras mata menguras energiku. 

Bukan suatu alasan, saat rasa mekar karena terbiasa. Hanya saja, bagiku semua itu tak kan mampu dijabarkan dengan alasan-alasan yang bisa kureka sendiri. Aku tak membutuhkan alasan apapun untuk mengatakan bahwa I <3 U. Dan sebenarnya, aku tak peduli tentang beragam kemungkinan yang bisa menolak hasratku. 


Dan satu saja, izinkan kulakukan itu. Karena kurasa, rasa yang sedalam ini tak pernah sebelumnya.


25 April 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar