Translate

Selasa, 11 Oktober 2011

Suratan Budaya

Temukanlah suatu dimensi yang berjati diri
Terbujur beberapa derajat di equator yang membara api
Adalah simpanan dari sang mayapada, berjuta misteri
Tanyakan pada samudera, jika kau ragu akan kalimat ini

Tampak
Benderangnya bintang dengan pijaran warna keemasan yang menjabarkan keagungan asa,
Biasan cahaya yang jadi penghias langit pada sekon-sekon fortuna,
Aroma mawar yang tersebar menyegarkan hela nafas siapa saja,
Serta kerikil-kerikil nirwana bertabur sejumlah pasir di lingkup-lingkup sakral bak mustika
Namun waktu membawanya pada satu kondisi yang berbeda

“Amukan petir masih kudapati getarannya.
Sentuhan elektromagnetik itu berhasrat pada kumparan yang sejak dahulu mempesona.
Konyol, laksana lakon perangsang tawa.
Ya, tentang dinasti yang longsor karena petaka.
Entah berwujud apa.”

Belati masa menggelora
Jelmaan bayu mengerosi sendi-sendi daya pikat sewujud region, sebut saja tiruan surga
Dan saat jarum jam berputar layaknya baling-baling pesawat, yang nampak adalah interpretasi rumit orang-orang pasca aksara
Tentang nusa yang kehilangan beberapa inderanya
Itulah yang menggugah para pendahulu menitis pada raga-raga muda untuk tanda bahaya
Akan suratan budaya bangsa yang semoga tak purna

“Jangan dustai kodrat alami.
Yang hendaknya kau pikul dengan keanggunan pundak suci.
Seperti kesetiaan sang dewi malam pada pertiwi.”



Ponorogo, 11 Oktober 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar